Jumat, 11 Juni 2010

Ali Bin Abi Thalib ~ Komandan Perang Pertama Yang Berilmu Tinggi

Dialah sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib –semoga Allah meridloinya- keponakan –anak dari paman- Rasulullah saw, dan bapaknya bernama Abu Thalib Abdu Manaf bin Abdul Mutthalub, sedangkan ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim –semoga Allah meridloinya-.

Beliau dilahirkan 10 tahun sebelum kenabian, dia anak paling kecil dari saudara-saudaranya, dan dididik di rumah Nabi saw, dan saat wahyu diturunkan kepada Rasulullah saw, beliau mengajaknya untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa, maka segera beliau menerima da’wah tersebut dan memeluk agama Allah (Islam), sehingga beliau dinggap sebagai orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak-anak.

Saat bapaknya melihatnya sholat bersama Rasulullah saw, dia berkata kepadanya : “Wahai anakku, agama apakah yang engkau anut ini ?” Ali berkata : “Wahai Abi, saya beriman kepada Allah, dan percaya dengan apa yang dibawa oleh Muhammad, saya shalat bersamanya dan mengikutinya”. Bapaknya berkata : “ketahuilah, bahwa dia (Nabi) tidak akan mengajak kamu kecuali dalam kebaikan, maka ikutilah dia”.

Rasulullah saw sangat mencintai Ali dan selalu memujinya, pernah beliau bersabda kepadanya : “Enkau adalah bagian dariku, dan Aku adalah bagian darimu”. (Al-Bukhari)

Dan beliau juga pernah bersabda : “Tidak ada yang mencintaimu kecuali orang yang beriman, dan tidak ada yang memusuhimu kecuali orang munafik”. (Muslim)

Saat Rasulullah saw akan melakukan hijrah ke Madinah, beliau memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk tidur diatas dipannya, dan disaat malam mulai gelap sekelompok kafir Mekkah melakukan pengepungan dimana setiap orang diantara mereka menggenggam pedang yang menghunus tajam, mereka berdiri di depan pintu rumah Rasulullah saw menunggu keluar untuk menunaikan sholat fajar agar mereka dapat memenggalnya sekaligus, namun Allah SWT telah memberitahukan konspirasi tersebut dan menyuruhnya untuk keluar dari hadapan mereka. Lalu Nabipun keluar dari rumahnya sedangkan Allah SWT telah membutakan penglihatan orang-orang musyrik, dan nabi menaburkan debu diatas kepala mereka sambil membacakan firman Allah SWT :

“Dan kami jadikan penghalang dihadapan mereka dan dibelakang mereka, dan kami butakan mereka hingga mereka tidak dapat melihat”. (QS. Yasin : 9)

Kemudian saat matahari mulai terbit; orang-orang musyrik baru sadar lalu masuk rumah Nabi sambil menghunuskan pedang mereka untuk membunuh orang yang sedang tidur, namun mereka tidak menemukan Rasulullah saw disana kecuali anak paman beliau, Ali bin Abi Thalib, yang segera bangkit dari tidurnya sambil berhadapan dengan mereka dengan gagah berani.

Setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, Ali tinggal di Mekkah selama beberapa saat guna menunaikan titipan yang diwasiatkan kepadanya seperti yang telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. Dan setelah Ali hijrah ke Madinah Rasulullah saw telah mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshor, lalu beliau berkata kepadanya : “wahai Rasulullah, engkau telah mempersaudarakan antara para sahabatmu, tapi saya belum engkau persaudarakan dengan siapapun ? lalu beliau bersabda kepadanya : “Engkau adalah saudaraku di dunia dan di Akhirat”. (ibnu Abdil Bar)

Rasulullah saw juga telah memberikan kabar gembira kepadanya dengan surga, beliau adalah salah seorang calon penghuni surga yang tidak akan dihisab lebih dahulu.

Sebagaimana Rasulullah saw juga telah mengawinkan beliau dari salah seorang putrinya, Fatimah, sedangkan Ali memberikan mahar dengan uang dari harga baju besi yang dihadiahkan Rasulullah saw kepadanya, lalu beliau menjualnya dan memberikan uangnya kepada wanita yang paling mulia di dunia dan kembangnya Rasulullah saw.

Ali menjalani hidupnya bersama istrinya dengan aman, tentram dan penuh kasih sayang, dan beliau dikaruniai anak kembar Hasan dan Husain.

Suatu hari Rasulullah saw pergi ke rumah Ali namun beliau tidak menemui Ali disana, lalu beliau bertanya kepada istrinya : “Dimana anak pamanmu berada ?” Fatimah menjawab : “Di masjid” lalu Rasulullah saw pun pergi kesana, dan beliau mendapati bajunya terjatuh dari pundaknya dan terkena debu, lalu beliaupun membersihkannya, dan berkata : “Duduklah wahai pemuka debu… duduklah wahai pemuka debu”. (Al-Bukhari)

Ali juga mengikuti seluruh peperangan, baliau terkenal dengan keberanian dan kepahlawanannya, dan pada saat terjadi perang khaibar, Nabi saw bersabda : “Besok saya akan memberikan bendera kepada seseorang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya (atau dia berkata : orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya), semoga Allah membukakan tangannya (memberkahinya)”. (Al-Bukhari)

Lalu para sahabatpun berharap mendapatkan apa yang telah Raslulullah saw sabdakan menjadi pemegang bendera, lalu setelah hari menjelang pagi, Nabi bertanya keadaan Ali, dikatakan kepadanya : “Sesungguhnya mata beliau sedang sakit wahai Rasulullah”. Nabi bersabda : “Utuslah salah seorang dari kalian kepadanya dan datangkanlah dia kepadaku”.
Setelah beliau menghadap Rasulullah saw, beliau membasuh matanya dan mendoakannya, maka setelah itu menjadi sembuh seakan tidak pernah mengalami sakit apapun, kemudian Ali berkata kepadanya : “Wahai Rasulullah, saya akan memerangi mereka sampai menjadi seperti kami. Nabi bersabda : “Lakukanlah dengan mengutus delegasi hingga bisa mengetahui keadaan mereka, kemudian serukanlah kepada mereka akan Islam, dan kabarkanlah tentang kewajiban dari hak Allah di dalamnya, demi Allah, jika seorang diantara mereka mendapatkan hidayah melaluimu lebih baik bagimu dari unta merah” (Al-Bukhari) kemudian Allah memberikan kemenangan melalui tangannya.

Setelah Allah menurunkan ayat : “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-besihnya”. (QS. Al-Ahzab : 33), Rasulullah saw berdo’a untuk Fatimah, Ali, Hasan dan Husain –semoga Allah meridloi mereka- saat berada di rumah sayyidah Ummu Salmah, dan bersabda : “Ya Allah sesungguhnya mereka adalah ahlul bait saya maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya”. (Ibnu Abdil bar)

Ali banyak menguasai ilmu pengetahun, saat Sayyidah Aisyah ditanya tentang sesuatu dia menjawab : “Tanyakanlah kepada Ali. Sebagaimana Umar juga berkata demikian. Sedangkan Ali pernah berkata : “Tanyakanlah kepada saya , demi Allah tidak ada pertanyaan yang kalian tanyakan kepada saya kecuali akan saya kabarkan kepada kalian, tanyakanlah kepada saya tentang Al-Qur an, karena demi Allah tidak satu ayatpun yang turun kecuali saya mengetahui waktu malam atau siang turun ayat tersebut, di daratan ataupun dipegunungan.

Abu Bakar dan Umar dalam kekholifahan setelah wafatnya Rasulullah saw mengetahui dan menyadari akan kelebihan Ali, sedangkan Umar pernah memilihnya sebagai kandidat dari enam orang yang dicalonkan sebagai khalifah, dan saat Utsman syahid Ali dipilih menjadi khalifah setelahnya.

Setelah imam Ali menjabat sebagai khalifah pusat pemerintahan dipindahkan dari Madinah ke Iraq, beliau sangat perhatian terhadap urusan umatnya, berjalan mengitari pasar dengan ditemani tongkatnya, dan selalu menyeru manusia untuk taat kepada Allah, jujur, baik dalam berniaga, memenuhi timbangan dan neraca.

Sebagaimana beliau juga selalu membagi harta yang masuk ke baitul mal diantara kaum muslimin. Dan sebelum wafatnya beliau memerintahkan untuk membagikan seluruh harta, kemudian setelah itu menyuruhnya untuk membersihkan baitul mal, lalu berdiri untuk sholat dengan harapan hal tersebut menjadi saksi dihari kiamat.

Beliau sangat tekun beribadah, selalu melakukan qiyamul lail dan memanjangkan sholatnya, dan beliau berkata : “Apa urusan saya dengan dunia, wahai dunia yang menyimpangkanku dari selainku”.

Suatu hari ada dua wanita datang menghadap imam Ali untuk menanyakan sesuatu, salah seorang berasal dari kalangan arab terhormat sedangkan yang lainnya dari golongan budak, lalu beliau memerintahkan kepada keduanya untuk memecahkan makanan dan membagi uang 40 dirham, lalu budak wanita mengambil pemberian yang diberikan lalu pergi, kemudian dia berkata : wahai Amirul Mu’minin, engkau memberikan seperti yang telah saya berikan kepada wanita budak itu, padahal saya adalah wanita arab yang terhormat sedangkan dia adalah budak ? lalu imam Ali berkata : sesungguhnya saya pernah melihat dalam Al-Qur an dan saya tidak pernah menemukan keutamaan antara anak ismail dengan anak Ishak.

Diakhir kekhhalafahan Imam Ali fitnah telah menyebar luas hingga kegaduhan terjadi dimana-mana bahkan meluas ke negeri-negeri Islam, lalu keluar tiga orang pemuda dari khawarij dan bersepakat membunuh orang yang menjadi penyebab berkembangnya fitnah, mereka menyangka Ali, Mu’awiyah dan Amru bin Al-‘Ash, adapun Mu’wiyah dan Amru selamat dari pembunuhan, sedangkan Ali seorang Fasik yang bernama Abdul Rahman bin Muljam telah menunggunya saat selesai dari sholat fajar dan manikamnya hingga mengenai kepalanya hingga merenggut nyawanya, hal ini terjadi pada tahun 40 H, sedang umur beliau saat itu 65 tahun.

Beliau dikebumikan di Kufah setelah berjalan kekhalifahan Islam selama 5 tahun kurang 4 bulan, beliau meriwayatkan hadits Rasulullah saw sebanyak 400 hadits, semoga Allah meridloinya dan dia ridlo kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar